SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Tari Kolosal Gandrung Sewu Banyuwangi 2022 Bikin Merinding, Ribuan Wisatawan Terpukau

Pertunjukan karya seni tari kolosal bertajuk Festival Gandrung Sewu 2022 Banyuwangi menuai kekaguman oleh ribuan penonton yang memadati Pantai Boom Marina Banyuwangi. (29/10).

Penari gandrung sewu 2022
foto: dok. istimewa


Sebanyak 1.284 pelajar se Banyuwangi dengan latar Selat Bali mampu memukau ribuan penonton yang hadir. 

"Saya merinding menontonnya. Padahal saya sudah berkali-kali menonton Gandrung Sewu," kata Adhitya Putra, wisatawan asal Jakarta.

Bahkan wisatawan asal Jerman, Aaric, mengaku sengaja menetap lebih lama di Banyuwangi untuk melihat Festival Gandrung Sewu. "Apresiasi tertinggi untuk para penari. Ini pertunjukan kelas dunia," ungkap Aaric.

Hal yang sama disampaikan wisatawan asal Skotlandia, Julien. "Hanya satu yang bisa saya katakan. Marvellous (luar biasa)," kata Julien.

Antusias penonton yang hadir untuk menyaksikan Gandrung Sewu sangat tinggi. Penonton telah memadati Pantai Boom bahkan dua jam sebelum pertunjukan dimulai. Kepadatan kendaraan telah terlihat sejak pintu gerbang Pantai Boom. 

Turut hadir pada atraksi budaya tersebut, Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Menpan-RB) Abdullah Azwar Anas. Dari Kementrian Pariwisata dihadiri Staf Ahli Menteri Bidang Reformasi Birokrasi dan Regulasi, R Kurleni Ukar; Asisten Deputi Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan, Kosmas Harefa.


Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mengatakan event tahunan Festival Gandrung Sewu adalah upaya mengangkat pamor budaya tari gandrung. Ia menilai gandrung sewu menjadi perekat kecintaan pemuda terhadap budaya lokal.

"Meski banyak budaya barat dan K-Pop Korea yang masuk ke negeri ini, ternyata tidak menyurutkan kecintaan anak-anak muda Banyuwangi terhadap seni budaya asli daerahnya. Kalian luar biasa," kata Ipuk. 

Bahkan Ipuk mengaku bangga, karena anak-anak muda sangat antusias untuk terlibat di Gandrung Sewu. Ini terlihat dari pendaftar yang mengikuti seleksi menjadi penari Gandrung Sewu mencapai 3000 orang, yang akhirnya terpilih 1.284 penari. 

"Saya sangat bangga. Terima kasih anak-anakku. Terina kasih para orangtua, pelatih, dan semua yang terlibat dalam festival ini," kata Ipuk.

Ditambahkan Ipuk, Gandrung Sewu bukan hanya helatan pariwisata, tapi bagian pemajuan budaya daerah. "Selain unjuk seni, Gandrung Sewu upaya regenerasi pecinta dan pelaku seni Banyuwangi," kata Ipuk.

Gandrung Sewu, lanjut Ipuk, adalah sarana menggerakkan modal sosial. Dan yang paling penting, Gandrung Sewu mampu menggeliatkan ekonomi daerah.

"Warung dan restoran rakyat ramai diserbu ribuan wisatawan, penginapan penuh, wisatawan belanja oleh-oleh. Dari transformasi, UMKM, dan akomodasi semua bergeliat karena Gandrung Sewu," kata Ipuk.

Tahun ini, tema yang diusung Festival Gandrung Sewu adalah Kemilau Bumi Blambangan, sebuah kisah Banyuwangi semasa masih menjadi kawasan Kerajaan Blambangan. Kala itu, kerajaan dilanda wabah. Bahkan, sang putri raja bernama Dewi Sekardadu, terjangkit.

Tak seorangpun mampu menyembuhkan hingga datang seorang ulama bernama Syekh Maulana Ishak ke Blambangan. Kedatangan Syekh Maulana Ishak berhasil menyembuhkan wabah di Blambangan. Kisah inilah yang menjadi fragmen utama dalam Gandrung Sewu kali ini.