SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Tradisi Kebo-Keboan Boyolangu, Mengobati Kerinduan Masyarakat Akan Kemeriahan


Aneka ragam tradisi adat di bulan Syawal banyak ditemui di beberapa wilayah Banyuwangi. Pasalnya tradisi ini adalah upaya bersih desa dan ungkapan rasa syukur.

Ritual adat tradisi ini menjadi atraksi yang menarik bagi wisatawan. Ratusan penonton datang menyaksikan tradisi Kebo-keboan Boyolangu.

Kebo-keboan ini sebagai bentuk rasa syukur atas kelimpahan rejeki juga menjadi ajang silaturahmi masyarakat Adat Using di Boyolangu.

Acara ini merupakan acara Ider Bumi dengan menggunakan sarana Kebo-keboan.

Tradisi ini mengarak Kebo-keboan keliling kelurahan dan sambil disiram air oleh para pengantar arak-arakan. Hal ini menjadi meriah dikarenakan masyarakat Boyolangu bersuka-ria dalam bermain air.

Pelestari tradisi Kebo-keboan, Dharma menyampaikan kebo-keboan ini sudah sejak lama ada. Memang dalam pelaksanaannya setiap 9 Syawal, yakni sehari sebelum Tradisi Puter Kayun. Kebo-keboan diarak keliling kampung, masyarakat ada juga yang bawa air untuk disiram-siramkan sebagai penyemangat. Air disini sebagai simbol kehidupan dan ada juga yang membawa hasil panen.

"Air disini sebagai simbol kehidupan, ada juga yang membawa hasil panen untuk dibagi-bagikan kepada masyarakat yang menonton di jalanan." kata Dharma.

Dharma menceritakan tokoh Kebo-Keboan yang pernah aktif pada masanya yakni, Mbah Talhak aktif pada tahun era 90an. Pada tahun 85an dipegang oleh Mbah Salwak. Diatasnya lagi ada Mbah Jub yakni bapak kandung dari mbah Talhak yang aktif pada tahun 70an. Sebelumnya lagi ada Mbah Buyut Sunar aktif sekitar tahun 60an atau mungkin 50an.

"Intinya secara detil tahunnya kita sendiri kurang begitu tau karena jaraknya sudah terlalu jauh. Dan yang paling penting adalah upaya melestarikannya kedepan supaya tetap terjaga." imbuh Dharma.

Yang membedakan Kebo-keboan Boyolangu dengan daerah lain adalah diarak keliling kampung dan ada ritual-ritual sebelumnya yang bertujuan kirim doa kepada leluhur dan juga memohon keselamatan kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Prosesi Kebo-keboan Boyolangu dulu diadakan setiap setahun sekali dan tanggal dilaksanakannya tidak terpaku pada 9 Syawal. Dahulu Kebo-keboan Boyolangu dilaksanakan setiap dapat isyarat dari leluhur, maka tradisi ini segera dilaksanakan. Dulu tradisi Kebo-keboan hanya keliling biasa tidak ada adegan kerasukan.

Mulai tahun 90an diagendakan setiap 9 Syawal sekaligus meramaikan sebelum tradisi Puter Kayun pada 10 Syawal dan juga mulai ada adegan kerasukan dan banyak yang turut meramaikan dengan mainan air. Ini murni euforia masyarakat dalam kegembiraan.

Dharma mengaku baru aktif memegang Kebo-keboan sekitar 7 tahun. Ia memiliki garis keturunan dari pelaku aktif Kebo-keboan terdahulu, sehingga saat ini Kebo-keboan dirawat olehnya.

Prosesi kebo-keboan, pada malam sebelum acara semua properti yang digunakan seperti: singkal (alat bajak), pecut, kepala kerbau buatan, serta takir, dan beberapa porobungkil ditaruh dimakam Buyut Kapluk.  Perlu diketahui, Buyut Kapluk merupakan tokoh yang juga memiliki peran di Boyolangu. Buyut Kapluk menurut cerita masyarakat merupakan anak angkat dari Buyut Jaksa.