SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Bupati Ipuk Gandeng Kampus Percepat Program Pemulihan Ekonomi di Banyuwangi

 



Pemkab Banyuwangi kembali melakukan nota kesepahaman (Memorandum of Understanding/MoU) dengan tiga belas perguruan tinggi swasta Banyuwangi untuk ikut terlibat dalam membangun daerah tersebut. Kali ini, Bupati Banyuwangi Ipuk Fiestiandani mendorong kampus untuk terlibat aktif dalam program pemulihan ekonomi di masa pandemi. 

“Peran kampus di Banyuwangi sangat strategis dalam mengembangkan daerah ini. Lewat riset dan penelitian dari kampus-kampus yang ada, Pemkab Banyuwangi dapat menyusun program pembangunan dengan lebih baik,” ujar Bupati Ipuk sesuai penandatanganan MoU dengan tiga belas kampus di Banyuwangi, Selasa (9/3/2021).

Adapun 13 perguruan tinggi tersebut adalah Universitas 17 Agustus 1945 (UNTAG), Institut Agama Islam (IAI) Ibrahimy, Institut Tekonologi dan Bisnis Muhammadiyah (ITBM), STIKES Banyuwangi, IAIDA Banyuwangi, Akademi Kesehatan Rustida, Akademi Kelautan Banyuwangi (AKABA), Universitas PGRI Banyuwangi (UNIBA), Universitas Bakti Indonesia (UBI), Sekolah Tinggi Islam Blambangan (STIB), STIKOM PGRI Banyuwangi, STAI Darul Ulum, dan Politeknik Masamy Internasional.

Ipuk mengatakan, perguruan tinggi merupakan salah satu pilar pembangunan sehingga perannya diperlukan dalam setiap tahapan pembangunan baik dalam perencanaan, pelaksanaan, maupun evaluasi pembangunan daerah.

"Saya sampaikan terima kasih atas dukungan dan sinergi yang baik selama ini. Saya dapat laporan dari Bappeda, cukup banyak hasil riset, ide-ide kreatif dan inovatif dari perguruan tinggi yang bisa diaplikasikan ke warga,” kata Ipuk.  

Ipuk lalu memaparkan data terkait kondisi sektor mikro selama pandemi. Hasil survei Satgas Penanganan Covid-19 di Banyuwangi terjadi penurunan jumlah konsumen dan omset yang dihadapi UMKM.

“Ini adalah PR kita bersama. Kami telah menyusun program 100 hari yang salah satunya adalah upaya bagaimana menggerakkan kembali ekonomi para pelaku usaha. Saya mengajak perguruan tinggi untuk turun bersama kami, mencari solusi untuk kembali meningkatkan ekonomi rakyat, ekonomi arus bawah,” kata Ipuk.

“Apa yang kurang dari kami, mari dilengkapi dengan dasar keilmuan yang perguruan tinggi miliki,” imbuh bupati perempuan tersebut.

Selain program pemulihan ekonomi, Ipuk berharap perguruan tinggi bisa memfokuskan kajian ilmiah dalam bidang pertanian, misalnya konversi lahan pertanian, menurunnya minat generasi muda, pengelolaan sumber daya air, serta terbatasnya kemampuan sistem pengendalian hama.

"Padahal pertanian adalah sektor paling besar yang memberikan kontribusi bagi perekonomian Banyuwangi yang juga menjadi lumbung pangan di Jawa Timur. Namun masih menghadapi tantangan yang sangat besar. Maka dari itu, riset-riset dan program pemerintah sekarang tidak bisa hanya bisa ditangani Bappeda, kita perlu melibatkan institusi perguruan tinggi. Karena itu, kita libatkan perguruan tinggi yang ada di Banyuwangi ini,” ujar Ipuk.

Sementara itu, Rektor Rektor Untag Banyuwangi Andang Subaharianto mengatakan, kesepakatan bersama ini menjadi titik tolak secara formal agar perguruan tinggi bisa memberikan kontribusi yang lebih baik lagi ke depan.

“Dengan MoU ini menunjukkan semangat dari Pemkab Banyuwangi untuk mengajak perguruan tinggi sebagai pilar penting untuk menggerakkan Banywungi lebih maju,” katanya.

Andang menyebut tugas pokok yang tertuang dalam Tri Dharma Perguruan Tinggi sangat penting untuk disinergikan dengan pemerintah. Mulai dari pendidikan, penelitian, hingga pengabdian kepada masyarakat. 

"Dalam soal pendidikan, kami meminta pemkab memperluas cakupan beasiswa bagi mahasiswa. Kalau memungkinkan, ada beasiswa untuk mahasiswa yang bersekolah di Banyuwangi. Bantuan ini sangat dibutuhkan sehingga akan mengurangi angka putus kuliah, khususnya di masa pandemi yang disebabkan karena kesulitan ekonomi,” ujar Andang.

Dia melanjutkan, soal bantuan beasiswa juga bisa diberikan dalam bentuk insentif bagi mahasiswa yang menyusun tugas akhir dan meneliti kebijakan-kebijakan yang ada di Banyuwangi dan bisa memberikan masukan-masukan kreatif, hasilnya publish di jurnal nasional.

"Sehingga tidak semuanya bisa mendapatkan insensitif tetapi hanya mereka yang penelitiannya fokus untuk Banyuwangi dan publish di jurnal nasional," pungkas Andang. (*)