SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Untuk Syria, Kunto Hartono pria kelahiran Genteng Banyuwangi ini Berhasil Pecahkan Rekor Dunia bulan September Kemarin.



Sesuai Photo diatas: Ali Brown - UK (pemegang rekor dunia 102 jam), Carlos Santos - Portugal (pemegang rekor dunia 133 jam), Kunto Hartono (pemegang rekor dunia 145 jam), Lou Mars - USA (pemegang rekor dunia 108 jam) & Steven Gaul - Canada (pemegang rekor dunia 134 jam). Event “The Longest Drumming 100 Hours By A Team” ini adalah gagasan dari @kuntohartono pada akhir 2015 lalu. Tapi daripada malu & malu-maluin, event ini dishare ke teman-teman Drummer pemegang rekor dunia untuk diselenggarakan di negara mereka. Hingga akhirnya diambil & diselenggarakan oleh Portugal.

Event rekor dunia tersebut merupakan Charity yang didedikasikan untuk Anak-Anak Korban Perang di Syria melalui UNICEF #Drum4Syria

Terdengar kabar sebelumnya, Kunto sama sekali tidak mendapat support secara finansial dari tanah air. Banyak yang sudah ia korbankan, termasuk menjual 'harga diri'. Sempat meminta bantuan kepada pemerintah maupun banyak pihak untuk membantu keberangkatan waktu itu, tapi tidak ada hasil. 4 Kementerian yang sudah dikirimi surat oleh Kunto, antara lain: Kemenpar, Kementerian Pemenpora, Kemlu & Kemensos. Hanya KBRI Lisbon yang mendukung Kunto selama di Portugal.

Bermodal tekad dan niat untuk kemanusiaan serta mengharumkan nama bangsa, segala kendala itu tak membuatnya surut. Hingga akhirnya bermodal dana sendiri ia mampu terbang ke Portugal, didampingi seorang translatter pada 18 September lalu. Sementara sang istri, menyusul sehari kemudian. Menempuh waktu 27 jam perjalanan sempat membuat Kunto merasakan jet lag.

Namun kekecewaan itu terbayar begitu sampai di Portugal. Sambutan untuknya begitu luar biasa.

Tepat 20 September, ia mulai beraksi bersama empat drummer lainnya. Ketatnya waktu, membuat Kunto sempat merasakan drop pada hari kedua, tepat jam satu siang bagian Portugal.
Kunto merasakan sebuah halusinasi rekam jejak panggung berbagai tempat di mana ia pernah memecahkan rekor dunia sebelumnya. Dan tanpa sadar mengeluarkan beberapa logat Jawa Timuran di depan penonton yang tentu saja tidak mengerti akan ucapannya tersebut.
Sempat down karena kebanyakan lagu slow. Sound control terlalu besar, untuk lagu-lagu berat. Pada jam ke-80 untuk menandai pecahnya rekor dunia tim baru, Kunto meminta 4 rekannya agar menutup mata sambil ngedrum selama 30 menit.

Tepat pada pukul lima sore, 24 September, rekor dunia itu pun akhirnya pecah. Selama seratus jam menggebuk drum dan pengumpulan donasi berjalan kondusif, target Rp 100 miliar diperkirakan terpenuhi bahkan bisa jadi lebih.
Bertubi pujian diterima oleh kelima drummer. Tak terkecuali Kunto, yang mendapat sanjungan dari sahabatnya dalam menggagas event ini pada 2015 silam, yaitu Carlos Santos.

Langkah selanjutnya, Kunto bermimpi bisa menggebuk drum di atas puncak Cartenz selama 26 jam. Terdekat, beraksi di atas trailer dari Jakarta menuju Palembang dalam ajang perhelatan SEA GAMES, dan nge drum di atas ketinggian 45000 kaki menggandeng sebuah maskapai penerbangan.

#guinnessworldrecords
#drum4syria
#drumming100hours