SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Diiringi Gerimis, Festival Memengan di Banyuwangi Tetap Meriah

Jalan protokol Kota Banyuwangi berubah jadi arena bermain yang asyik bagi ribuan anak. Sempat gerimis beberapa saat, namun parade Festival Memengan (mainan) tradisional tetap meriah. Sepanjang jalan terasa sejuk karena beberapa hari cuaca panas menyengat.

Anak-anak tersebut bermain aneka mainan lawas. Seperti, egrang bambu, gasingan, bedhil-bedhilan, gobag sodor, engklek, dakon, bintang aliyan, medi-median, balap karung, klompen panjang, tarik tambang hingga dagongan, Sabtu (22/7/2017).

Tak hanya bermain permainan tradisional, anak-anak tersebut juga menampilkan bakat seni dan budaya. Seperti melakukan tarian barong cilik dan jaranan buto. Sebagian anak juga bermain alat musik yang tidak biasa, mereka membentuk formasi drum band yang alat musiknya terbuat dari bahan-bahan yang ada di lingkungan rumah. Seperti terompet yang terbuat dari janur kelapa dan seruling dari pipa paralon, ditambah iringan rebana, menghasilkan irama musik yang unik. Sangat kreatif .

Suasana makin meriah saat suara peluru kertas dari senapan bambu dan pelepah pisang berdesingan di udara. Dor!Dor! Terasa bagaikan ada di medan perang. Tak mau kalah Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas juga ikut bermain tembak-tembakan bersama mereka. Anas juga ikut bermain hulahop, egrang, berjalan di atas batok kelapa dan mobil-mobilan dari bambu.

Anas mengatakan, mungkin sebagian anak-anak tidak mengenal permainan tradisional seperti ini. Padahal permainan tradisional memiliki banyak filosofi. Dengan digelarnya festival memengan ini, sekaligus sebagai upaya untuk memperkenalkan pada anak-anak.

Orang tua, imbuh Anas, bisa bernostalgia dengan permainan-permainan yang pernah mereka mainkan semasa anak-anak. "Orang tua bisa nostalgia pada permainan yang populer di masa mereka dulu. Upaya ini sekaligus memperkenalkan pada anak-anaknya dan kami harap bisa membiasakan pada anak-anak mereka," kata Anas kepada wartawan.

Anas menambahkan permainan tradisional memiliki banyak unsur gotong royong. Sehingga menumbuhkan kebersamaan dan kepedulian pada anak-anak. Saat ini, menurut Anas, anak-anak lebih banyak menghabiskan waktunya untuk bermain gadget, sehingga lebih banyak asyik sendiri.

"Ini juga sebagai bentuk pendidikan karakter yang bagi anak, yang mengajak mereka belajar kebiasaan baik yang sesuai perkembangan usia anak. Lewat permainan tradisional, mereka akan banyak belajar mengasah kreativitas dan dilakukan secara berkelompok. Ini akan melatih mereka untuk menumbuhkan kebersamaan dalam kehidupannya, berbeda dengan permainan modern yang individualistis," ujar Bupati Anas.

Selain itu Anas menambahkan pihaknya juga ingin mengajak anak-anak memainkan mainan tradisional agar mereka cinta pada kesenian daerahnya. Salah satu peserta festival Faiqoh Milaila, siswa SDN 2 Blambangan Muncar mengaku sangat senang bisa ikut bermain permainan tradisional. Dia bermain klompen yang terbuat dari kayu kelapa bersama teman-temannya. Tadinya Faiqoh tidak bisa memainkan alat tersebut, tapi setelah berlatih selama satu minggu akhirnya bisa.

"Ternyata sangat menyenangkan bermain permainan ini. Selama ini belum pernah main sebelumnya," kata Faiqoh.

Sementara festival anak masih akan berlanjut pada Sabtu malam nanti. Banyuwangi Festival menyuguhkan Konser Lalare Orkestra yang berlangsung di Gesibu Taman Blambangan. Sebanyak 130 musikus cilik akan menampilkan perpaduan musik tradisional dan moderen sembari menampilkan seni teater. Kelompok musik Lalare Orchestra ini pernah meraih penghargaan tingkat dunia dari Pasific Asia Travel Association (PATA) kategori heritage and culture pada tahun 2016 lalu.

source: detik.com