SOROTAN

6/recent/ticker-posts

Nikmati Serunya Berwisata Batik di Desa Kemiren!

foto: Sony Dwi Fajrian (isunbanyuwangi)

Kemiren. Hampir seantero Banyuwangi sudah tak asing dengan nama desa yang satu ini. Tak hanya di lingkup Bumi Blambangan, nama Kemiren bahkan sudah mencuat hingga ke telinga mancanegara. Ketenaran salah satu desa wisata di Kabupaten Banyuwangi ini tak luput dari peran Pemerintah Kabupaten Banyuwangi melalui berbagai Banyuwangi Festival yang diadakan di Desa Kemiren. Yaitu Barong Ider Bumi, Festival Tumpeng Sewu dan Festival Ngopi Sepuluh Ewu yang pada tahun ini akan diadakan pada 5 November mendatang.
            Desa Kemiren tak hanya menyajikan kearifan lokalnya sebagai keunggulan, adat istiadat, budaya, kekayaan alam maupun kulinernya juga turut menjadi aset yang diunggulkan. Namun, tak banyak yang tahu bahwa sebenarnya Desa Kemiren menyimpan aset bangsa yang sangat mahal dan masih terawat baik hingga sekarang. Apa itu?

            Ya, hingga sekarang masih banyak warga asli Desa Kemiren yang notabene merupakan Suku Osing masih menyimpan Batik khas Banyuwangi dengan motif yang beragam. Jika tidak ditelisik lebih dalam, sepertinya tak ada yang membedakan batik tersebut dengan batik-batik yang lain. Batik yang disimpan oleh Suku Osing asli Banyuwangi ini merupakan batik lawas peninggalan buyut maupun keluarga mereka yang telah meninggal. Uniknya, mereka tak menyimpan batik tersebut secara sembarangan. Ada yang menyimpannya dalam sebuah kotak kayu khusus, bahkan ada yang menyimpannya dalam toples kaca. Menurut penuturan Agus, salah satu pemilik batik-batik lawas tersebut, mereka menganggap batik yang diwariskan oleh keluarga mereka merupakan warisan yang sakral. Sebab, dulu membuat batik tak hanya sekadar mencanting, namun juga harus melakukan tirakat khusus, seperti puasa. Sehingga, harus benar-

benar dijaga dengan baik.

Foto: Elsa Mayangsari Isunbanyuwangi


Tidak banyak memang yang bersedia untuk menunjukkan koleksi batik-batik lawas itu kepada khalayak umum. Namun, terdapat salah satu galeri batik yang menjual batik-batik klasik serta memamerkan koleksi mahal tersebut di Desa Kemiren. Yaitu galeri batik Cinde Sutro. Ia memiliki 16 koleksi batik lawas yang merupakan warisan dari neneknya. Batik tersebut berumur puluhan tahun. Terdapat beberapa motif batik, diantaranya yaitu motif batik Gajah Oling, Yangsing, Jenongan, Tambal, Sekar Jagad dan Complongan. Sebagian besar merupakan batik yang nama-namanya masih asing di telinga kita.
            Sesuai dengan namanya, yaitu Cinde Sutro yang berarti Selendang Sutra, galeri milik Bendahara Bumdes Kemiren ini juga memamerkan koleksi Tenun Sutra yang sekarang sudah hampir punah. “Tenun ini berbahan dasar kapas yang dipintal terlebih dahulu. Ini koleksi langka, sebab sekarang pembuatnya hanya tinggal seorang saja yang juga tinggal di Desa Kemiren. Ia sudah sangat tua, jadi apabila kakek tersebut meninggal maka tenun ini tidak bisa beregenerasi”, tuturnya menggunakan logat Osing yang khas. Ia menambahi, dahulu kain tenun tersebut selalu berhubungan dengan kehidupan masyarakat Osing. Dalam peristiwa melahirkan, kain tersebut digunakan untuk menggendong sang bayi. Dan saat kematian, kain tenun itu digunakan untuk membungkus pusara dalam perjalanan menuju pemakaman.
Selain itu, menariknya, ada salah satu koleksi miliknya yang warnanya agak kusam, bahkan ada sobek kecil di salah satu bagiannya. Kain bertekstur agak kasar, karena memang terbuat dari bahan-bahan alami tersebut adalah Jarit Juwono. Ketika ditanya berapa usia batik tersebut, Agus menjawab bahwa batik tersebut telah berusia ratusan tahun. Tidak tahu kapan tepatnya, namun batik kuno itu sudah ada sejak 1800-an. Bahkan, Jarit Juwono juga digunakan oleh penari Seblang dalam Ritual Seblang pada tahun 1930.  Salut. Aset-aset tersebut masih terawat hingga sekarang.

Foto: sony Dwi Fajrian ( Isunbanyuwangi)
Foto: Banjoewangi Tempo Doeloe


Untuk memenuhi keinginan kolektor maupun peminat batik klasik, galeri batik Cinde Sutro juga menawarkan replika batik tulis kuno dengan warna klasik dan motif khas Banyuwangi yang dibanderol dari 1,5 juta hingga 2 juta. Dan bagi mereka yang tak ingin merogoh kocek terlalu dalam, ia juga menawarkan batik cap maupun baju-baju batik dengan harga berkisar dari 150 ribu hingga 300 ribu saja. (EMS)